Next
Previous

Jumat, 15 Maret 2019

0

Pusat Studi Gender dan Anak Gandeng Dharma Wanita Gelar Kajian Ilmiah

Posted in


 

Humas IAIN Parepare--- Meski terbilang baru, Pusat Studi Gender dan Anak yang menjadi salah satu pusat studi pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Parepare langsung menjalankan program-program strategisnya.

Bertempat di Gedung Akademik Lantai 1, Jumat,14/3/2019, lembaga yang baru terbentuk pada bulan Februari tahun ini menggelar kajian ilmiah seputar pendidikan literasi media sosial (perempuan, hoax dan politik).

Kepala Pusat Studi Gender dan Anak, Hasnani menjelaskan, program kajian ini merupakan kegiatan yang akan rutin dilaksanakan tiap bulan. Kajian ilmiah merupakan tradisi akademik yang harus tumbuh kembang dalam lingkungan kampus. "Sebagai lembaga studi, maka kami akan mendorong program kajian ini sebagai kegiatan strategis dan prioritas agar menjadi cerminan dalam membangun suasana dan iklim akademik-ilmiah di kampus," katanya ketika ditemui sebelum acara kajian dimulai.

"Kedepannya, Pusat Studi Gender dan Anak akan menggalang kelompok-kelompok dan organisasi perempuan yang ada sebagai mitra kerjasama dalam menggelar berbagai kegiatan, khusus kegiatan pemberdayaan perempuan dan anak,"paparnya.

Pada kajian perdana ini, Pusat Studi Gender dan Anak menggandeng Dharma Wanita IAIN Parepare sebagai mitra dalam menggelar kegiatan. Sitti Muliyani sebagai Ketua Dharma Wanita IAIN Parepare menyambut baik atas terlaksananya kegiatan bersama ini. "Kegiatan Dharma Wanita yang selama ini hanya bersifat silaturrahmi, tetapi dengan adanya kerjasama dengan Pusat Studi Gender dan Anak maka ada kegiatan kajian. Kita mengucapkan syukur dan terima kasih atas kerjasama ini" ujar saat memberikan arahan.

Sementara itu, Nur Nahdiyah yang menjadi narasumber dalam kajian tersebut menguraikan tentang perkembangan teknologi komunikasi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kepada kaum perempuan atau kalangan ibu-ibu. "Kita sekarang berada pada era modern, semuanya serbah canggih, khususnya alat komunikasi. Melalui alat komunikasi berupa smart phone, ibu-ibu sudah bisa telponan dengan siapa saja sambil masak di dapur atau bahkan dari dalam kamar mandi. Dulu, kita berbicara melalui telpon hanya mendengar suaranya saja, tetapi sekarang kita sudah bisa telponan dengan melihat langsung orang yang kita ajak bicara melalui fitur yang tersedia di smart phone," papar mantan Ketua KPUD Parepare ini.

"Tetapi kecanggihan smart phone ini, bukan tanpa masalah. Karena rupanya, melalui teknologi komunikasi ini, justru gosip, fitnah, caci maki, ujaran kebencian dan hoax semakin merajalelah khususnya dikalangan ibu-ibu" kata Nahdiyah mengingatkan. "Apa lagi, tahun ini adalah tahun politik. Banyak orang yang menyalahgunakan smart phone, menggunakannya untuk menyebar fitnah dan menjatuhkan lawan-lawan politiknya. Media sosial kita hari ini, tengah dibanjiri berita-berita bohong atau hoax dan sasarannya adalah perempuan" tambahnya.

"Oleh karenanya, kita musti hati-hati membaca setiap berita yang bersumber dari media sosial. Jangan langsung percaya, apa lagi menyebarkannya. Kita harus menganalisa kebenaran, sumber dan dampak yang timbulkan suatu berita, sebelum menyebarkannya kepada orang lain" paparnya memberi tips kepada ibu-ibu yang mengukuti kajian. "Jangan gampang menyebar berita. Sekarang ada Undang-undang nomor 11 tahun 2008 yang mengatur tentang Informasi dan transaksi elektronik. Jika kita menyebar hoax atau kebohongan, fitnah, ujaran kebencian, dan lain sebagainya, maka kita akan dijerat dengan UU ITE tersebut, kita bisa di pidana dengan hukuman penjara" ulasnya.

Kajian yang diikuti sekitar 50 an orang peserta ini berakhir sekitar pukul 16.30 wita dan ditutup dengan acara pengundian pemenang arisan Dharma Wanita IAIN Parepare yang dilaksanakan setiap bulannya. (s.s)

Selasa, 12 Maret 2019

0

Pekan Literasi, Kolaborasi FEBI IAIN Parepare dengan Dialektika Bookshop

Posted in
IAIN Parepare--- Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare bekerja sama dengan toko buku Dialektika bookshop, menggelar pekan literasi di pelataran gedung S.

Acara dengan  tema “bangun literasi di era milenial untuk mencerdaskan bangsa” ini, berlangsung selama lima hari yakni mulai 11 sampai 15 Maret 2019 dan dibuka langsung oleh Dekan Fakulas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)



Adapun rangkaian kegiatan dalam acara ini antara lain, book fair, bedah buku, bedah film dan diskusi publik, serta melibatkan organisasi-organisasi terkait. Buku yang dijual dari berbagai penerbit mulai dari mojok, Prenada dan lain sebagainya.

Ardiansyah selaku ketua panitia mengatakan bahwa dengan adanya pekan literasi yang dilaksanakan, secara tidak langsung akan memudahkan teman-teman mahasiswa mendapatkan buku tanpa jauh-jauh lagi keluar kota mencarinya  apalagi buku yang disediakan lumayan banyak dan cocok bagi kalangan mahasiswa. Jadi pada dasarnya membaca adalah suatu keharusan yang patut disadari mulai sekarang.

“Semoga semangat literasi mampu menjadikan hidup kita selangkah lebih maju dan membuka cakrawala berpikir dalam mengarungi dunia kampus”, harapnya.



Dalam sambutannya, Dekan FEBI Dr. Kamal Zubai,M.Ag  mengatakan banyak hal yang bisa didapatakan dalam pekan literasi ini, salah satunya membantu mahasiswa mendapatkan referensi.

“Kalau anda berpikir investasi maka mulailah minimal 1 buku 1 bulan”, ucapnya. Acara ini juga membuka wawasan terkait persoalan-persoalan yang dihadapi melalui sumber bacaan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam kedepannya akan melakukan FEBI expo yang didalamnya ada pameran buku, hasil karya mahasiswa dan memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas prestasinya melalui penelitian. “Selamat menikmati sajian dari Pekan Literasi ini”, tambahnya.

Sumber: Panitia Pelaksana

Senin, 11 Maret 2019

0

Mahasiswa IAIN Parepare Memiliki Standarisasi Etik

Posted in
Humas IAIN Parepare--Menanggapi isu yang lagi gembar-gembor di media sosial terkait pelarangan pakaian gamis di kampus, Kasubag Humas Suherman Syach memberikan penjelasan panjang lebar ketika ditemui awak media di ruang kerjanya, Senin, 11/3/2/2019.



"Masyarakat harus paham, IAIN Parepare ini merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Kementerian Agama RI. Tentu saja, kita memiliki standar dan aturan normatif yang mengatur seluruh civitas akademik, baik pimpinan, dosen, pegawai, termasuk mahasiswa" paparnya dengan serius.



Salah satu standar dan peraturan yang terkait dengan personal para civitas akademika, tertuang dalam peraturan yang disebut Kode Etik Dosen, Pegawai dan Mahasiswa IAIN Parepare. Kode etik mahasiswa merupakan rambu-rambu yang seyogyanya menjadi pedoman bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitasnya selama kuliah di IAIN Parepare. Kode etik adalah sebuah instrumen untuk melatih dan membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang berkarakter berdasarkan tuntutan agama Islam, agar menjadi insan "Malebbi Warekkadana, Makkiade Ampena" yang menjadi motto kampus ini.

Dalam kode etik ini, lanjut Suherman, ada seperangkat norma yang harus ditaati dan dijauhi oleh mahasiswa yang sifatnya mengikat. Norma-norma yang harus dijalani mahasiswa, antara lain etika mahasiswa terhadap institut, etika mahasiswa terhadap dosen, etika mahasiswa terhadap mahasiswa, etika mahasiswa dengan pegawai, etika dalam perkuliahan, etika terhadap masyarakat, etika dalam berpakaian, etika dalam berpendapat diluar perkuliahan, sampai kepada etika dalam bermedia sosial.



"Jadi, semua gerak-gerik mahasiswa itu memiliki standarisasi etik. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut kita atur" tegas Kasubag Humas ini.

Dalam etika berpakaian, standarisasi yang disepakati untuk mahasiswa yaitu:
1. Mahasiswa harus berpakaian bersih, rapi, dan sopan yang mencerminkan sikap muslim terpelajar;
2. Bagi perempuan menggunakan rok, jilbab dan tidak menutup wajah;
3. Bagi pria menggunakan celana panjang sampai mata kaki, baju berkerah dan sepatu;

"Ketiga poin di atas adalah standar berpakaian bagi mahasiswa IAIN Parepare ketika melakukan aktivitas di kampus. Selain itu, tentu saja tidak dibenarkan. Tetapi, hal itu tidak terkait dengan pelarangan atau pun pengharaman penggunaan pakaian gamis, cadar atau semacamnya. Diluar kampus silahkan saja, tidak ada masalah"paparnya.

Tetapi dalam kampus, tentu saja kita punya standar aturan yang harus dipatuhi. IAIN adalah lembaga pendidikan yang punya batasan tertentu. Jika ada mahasiswa yang ingin masuk kuliah, hanya memakai sandal tentu saja akan dilarang mengikuti perkuliahan. Meski pun memakai sandal itu tidak haram, tetap saja dilarangan di kampus, karena kita ada standar/aturan mainnya" kilahnya mencontohkan.

Suherman berharap, masyarakat tidak menarik isu ini ke rana fiqhiyah. Karena cara berpakaian Islami itu, banyak model atau bentuknya. Cara berpakaian yang tertuang dalam kode etik mahasiswa IAIN Parepare pun sudah sesuai syariat Islam, yaitu harus menggunakan rok, jilbab dan tidak membenarkan pakaian yang ketat apalagi seksi. "Dengan pakaian model ini, mahasiswa kita bisa tampil elegal dan praktis" tegas Suherman menjelaskan.

"Saya justru heran, kok masih ada mahasiswa yang belum paham tentang kode etik ini, padahal sudah disosialisasikan diberbagai tempat, termasuk saat mendaftar ulang dan mengikuti Orientasi Pengenalan Akademik Kampus (OPAK). Aturan ini pun, sudah lama berjalan, kenapa baru ada mahasiswa yang pertanyakan" jawab Suherman keheranan ketika ditanya tentang pernyataan gugatan dari sekelompok mahasiswa.

"Seharusnya, mereka itu membaca dan memahami kode etik itu secara mendalam" tegasnya menitip harapan.
0

Mahasiswa PBI Jawara Debat Bahasa Inggris

Posted in
Humas IAIN Parepare--- Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare kembali menunjukkan prestasi yang membanggakan. Kali ini dipersembahkan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dalam ajang "Championship of English" yang diadakan HMJ PBI IAIN Palopo pada tanggal 8-9 Maret 2019 di kota Palopo. Tidak tanggung-tanggung, mahasiswa PBI berhasil meraih 3 juara pada ajang yang dilombakan, yaitu juara 1 lomba debat, menjadi be speaker terbaik, dan juara 3 pada lomba public speaking.



"Alhamdulillah kita berhasil juara pada ajang yang cukup bergensi di kalangan mahasiswa bahasa Inggris ini" demikian ucapan Megawati Faisal, salah satu mahasiswa yang menjadi peserta saat dihubungi via telpon. "Kami bangga bisa mempersembahkan yang terbaik bagi kampus IAIN Parepare dan insyaallah kami akan terus melakukan yang terbaik" ujarnya penuh semangat.

Pada ajang "Championship of English" yang kali ini berlangsung di Palopo, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare mengutus 3 peserta, yaitu Megawati Faisal, Muh. Hidayat S, dan Nur Pradini Galla.

Muh. Hidayat S berhasil meraih juara 1 pada ajang debat bahasa Inggris. Hidayat, berhasil juara setelah menyingkirkan peserta debat dari berbagai perguruan tinggi lainnya. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester 6 ini tampil memukau para dewan juri sehingga mampu meraih skor tertinggi. Pada sesi pertama, materi debat membincang tentang masalah kesehatan. Hidayat, cukup fasih menyampaikan konsep-konsep kesehatan dengan gaya dan retorika berbahasa Inggris yang lancar dan meyakinkan.

Begitu pun pada sesi final, yang mengangkat tema tentang "cinta diantara kesuksesan dan kegagalan." Hidayat mampu mempresentasikan gagasannya secara rasional dan sistematik. Saat sesi debat, Hidayat mampu mendominasi forum yang berlangsung cukup sengit. Pertanyaan dan sanggahan dari para tim juri atau pun para finalis dapat dijawab dan ditanggapi dengan meyakinkan.

Sementara, Megawati Faisal berhasil menjadi "Be Speaker terbaik" dalam acara tersebut. "Be Speaker" adalah lombah berbicara dalam bahasa Inggris. Megawati mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam berbahasa Inggris. Hal yang sama, ditunjukkan oleh Nur Pradini Galla dengan meraih juara 3 dalam ajang "Public Speaking". "Meraih juara pada ajang ini, tentulah tidak mudah. Persaingannya cukup ketat karena diikuti dari berbagai mahasiswa berprestasi" ujar Siti Wirda Liling, panitia yang mengurus peserta dari IAIN Parepare.

 

Mujahidah, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Parepare yang dihubungi secara terpisah menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada mahasiswa yang meraih juara pada ajang tersebut. "Tentu saja, kami berbangga terhadap prestasi yg diraih mahasiswa kita. Prestasi itu merupakan predikat terbaik yg disematkan buat institut dan akan menambah daftar prestasi yg pernah diraih mahasiswa. Prestasi tersebut, juga akan berkontribusi terhadap proses akreditasi PBI, yang mudah-mudahan bisa berubah menjadi akreditasi A nantinya" pungkas Mujahidah menjelaskan.

"Oleh karenanya, kami akan memberikan dukungan maksimal kepada mahasiswa kita untuk meraih prestasi dan insyaallah fakultas akan memberikan apresiasi untuk mereka" ujarnya. "Bagi mahasiswa yg juara, harus tetap tawadu dan tetap belajar agar kita bisa meraih presatasi yg lebih baik lagi", pesannya. (s.s)

Kamis, 07 Maret 2019

0

Kasubag Humas IAIN Parepare; "Kami Tidak Menolak Siapapun"

Posted in
Humas IAIN Parepare---Kasubag Humas IAIN Parepare, Suherman Syach bergeming dengan pemberitaan yamg dirilis di portal www.radiomesra.com, Rabu,6/3/2019 berjudul "Kegiatan Penyambutan Guru Besar UNHAS di Tolak pihak Kampus IAIN Parepare".

Menurutnya, judul pemberitaan ini sangat bombastis dan cenderung memojokkan IAIN Parepare tanpa meminta klarifikasi.
"Seharusnya, awak media profesional melakukan reportase dan pemberitaan dengan melakukan kroscek dan klarifikasi kepada objek yang terkait dalam berita" ujarnya. "Judul berita yang diangkat oleh salah satu media online tentang penolakan guru besar UNHAS, jelas membingungkan kami di IAIN Parepare. Kami tidak tahu asal muasal, kok tiba-tiba di tolak. Berita ini sangat menyesatkan" paparnya.

IAIN Parepare dengan perguruan tinggi mana pun, baik yang ada di dalam dan luar Sulaweai Selatan dan bahkan luar negeri itu memiliki hubungan yang baik dan saling mendukung untuk pengembangan masing-masing. "Selama ini, kami di IAIN Parepare sangat welcome dengan kedatangan siapa pun apalagi kalau Guru Besar" tepis Kasubag Humas menanggapi isu yang cenderung membenturkan IAIN Parepare dengan kampus lain. "Perguruan tinggi lain adalah mitra kerjasama kami" tambahnya.

Terkait dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh salah satu organisasi mahasiswa ektra kampus di Gedung Auditorium IAIN Parepare, mantan mahasiswa era reformasi ini menyatakan seharusnya tidak perlu terjadi. "Selama ini, kami selalu memfasilitasi kegiatan-kegiatan organisasi mahasiswa, termasuk organisasi ektra jika ingin melakukan kegiatan di kampus, apalagi kalau kegiatannya bersifat pengembangan akademik" papar kasubag.

Kegiatan-kegiatan besar yang pernah dilakasanakan organisasi kemasyarakatan terbilang banyak. "Beberapa bulan lalu, Pengurus Besar DDI menggelar kegiatan Seminar Nasional untuk mengusung Andregurutta K.H. Abdul Rahman Ambo Dalle sebagai Pahlawan Nasional. Itu sangat disuppor dan didukung penuh bapak Rektor dan seluruh pimpinan serta civitas kampus" kenang Suherman mengingatkan.

"Saya telusuri sebab musabab tidak jadinya kegiatan PP IMDI digelar di kampus, itu persoalan administrasi. Saya tidak menemukan surat permohonan mereka masuk di bagiam umum" jelasnya memberi klarifikasi. "Ada persoalan administrasi di sana. Kampus ini lembaga formal, punya tata aturan normatif yang prosedural. Satuan unit saja, misalnya organisasi mahasiswa intra atau bahkan kegiatan prodi harus menyurat ke bagian umum jika ingin menggunakan fasilitas kampus. Jadi, teman-teman pengurus organisasi harus memahami aturan mainnya, jangan hanya menyalahkan secara sepihak" pintamya minta pengertian.
0

Rektor Lantik Tamsil Hadi Jadi Kepala Satuan Pengawas Internal

Posted in


Humas IAIN Parepare-- Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan kembali melakukan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan dalam lingkup kerja IAIN Parepare, Rabu, 6/3/2019.

Bertempat di Ruang Seminar Pascasarjana, Rektor melantik 2 pejabat baru, yaitu Dr. H. Abu Bakar Juddah, M. Ag sebagai Kepala UPT Ma'had Al-Jamiyah dan Tamsil Hadi, SE, sebagai Kepala Satuan Pengawasan Internal IAIN Parepare.



Pengangkatan pejabat baru ini berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Parepare Nomor : B.121/In.39/KP.07.6/01/2019 tentang pengangkatan Kepala Ma'had Al-Jamiyah dan Surat Keputusan Rektor Nomor : B.248/In.39/KP.07.6/03/2019 tentang Kepala Satuan Pengawasan Internal yang dibacakan Kepala Bagian AUK, Muh. Jafar.

Pelantikan yang berlangsung hikmat ini dihadiri para pejabat dalam lingkup kerja IAIN Parepare, diantaranya Wakil Rektor Bidang APK, Sitti Jamilah Amin, Wakil Rektor Bidang KK, Muh. Shaleh, Kabiro AUAK, Musyarrafah Amin, berserta Para Dekan, Wakil Dekan, Kepala dan Sekretaris LPM dan LP2M, serta para Kepala UPT.



Rektor dalam amanahnya mengatakan, kedua lembaga ini merupakan lembaga baru di IAIN Parepare. Pembentukan kedua lembaga itu berdasarkan amanah konstitusi. Ma'hal Al-Jamiyah tertuang dalam Peraturan Menteri Agama RI No. 35 tahun 2019 tentang organisasi dan tata kerja IAIN Parepare. Sementara Satuan Pengawasan Internal (SPI) diperintahkan dalam Peraturan Menteri Agama RI No. 25 tahun 2017. "Jadi pembentukan kedua lembaga ini sebagai wujud pelaksanaan dari amanah konstitusi tersebut, bukan untuk kepentingan siapa-siapa" tegasnya.

Rektor mengemukakan, sengaja menyiapkan dan meminta Abu Bakar Juddah memimpin Ma'had Al-Jamiyah karena sosok beliau yang diyakini mampu mewujudkan "pondok pesantren mahasiswa" ini berkembang maju. "Beliau memiliki segudang pengalaman dan kemampuan sebagai mantan pejabat kampus beberapa periode" kunci Rektor.

Sementara untuk Kepala Satuan Pengasawan Internal (SPI), Rektor mengakui perlu waktu lama mencari figur yang tepat. Kepala SPI itu harus tegas, berintegritas, berdedikasi dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah non akademik di PTKIN. "Saya memilih pak Tamsil bukan tiba-tiba. Sudah lama saya perhatikan dan saya nilai dia cocok sebagai Kepala SPI, baik dari sisi karakter mau pun basic keilmuan dan pekerjaannya yang selama ini, dia geluti pada bagian keuangan" nilai Rektor.

Tugas utama SPI adalah melakukan pendampingan, audit, pengawasan, pemantauan, evaluasi dan review terhadap penyelenggaraan kegiatan dan program non akademik yang berjalan di perguruan tinggi, baik perencanaan, keuangan, sarana prasarana, administrasi, dan lain sebagainya agar semuanya berjalan sesuai dengan standar dan aturan yang telah ditentukan. Lembaga satuan pengawasan yang setingkat LPM ini akan dilengkapi struktur satuan kerja dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Tamsil Hadi yang ditemui usai pelantikan mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Rektor IAIN Parepare yang telah memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengemban tugas sebagai Kepala Satuan Pengawasan Internal. "Tugas ini sangat berat, saya masih perlu belajar banyak dan bimbingan dari pimpinan dalam melaksanakam tugas ini" ujar pria kelahiran 1980 an ini. (s.s).

Selasa, 05 Maret 2019

1

Rektor IAIN Parepare Launching Program Pengabdian kepada Masyarakat di Sidrap

Posted in
IAIN Parepare--- Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kepala Pusat Rehabiltasi BNN Baddoka tahun 2018 menunjukkan bahwa 70-80 % pengedar dan pemakai narkoba yang berada di BNN Baddoka berasal dari tiga daerah di Ajattapareng yakni Sidrap, Pinrang dan Parepare. Faktor utamanya karena mereka (pengedar dan pemakai) narkoba tidak merasakan apa yang disebut home is my home, artinya bahwa mereka tidak merasakan kenyamanan di rumah melainkan mereka hanya mendapatkan home is my house, bahwa mereka mendapatkan fasilitas yang lengkap tapi tidak membuat mereka merasa senang berada di rumah.

Demikian juga dengan data dari Kementerian pemberdayaan perempuan dan anak bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional tahun 2016 melalui Survey Kekerasan terhadap Anak (SKtA) menunjukkan bahwa kekerasan fisik di dalam keluarga dilakukan baik oleh ayah maupun ibu, dimana resiko ibu melakukan kekerasan pada anak khususnya perempuan lebih tinggi dibandingkan ayah.

Sejalan dengan data tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga menyebutkan bahwa 91 persen kekerasan terhadap anak terjadi di lingkungan keluarga.

Hal tersebut menjadi alasan bagi Dharma Wanita Kemenag Sidrap bekerjasama dengan Yayasan Taman Semesta merasa terpanggil untuk menjawab permasalahan apa yang menjadi realitas sosial masa kini khususnya di kabupaten Sidrap.

“Kami ingin menjadi bagian dari solusi agar dari keluarga kita lahir anak yang sehat baik secara fisik, emosional maupun spiritual. Keluarga seharusnya menjadi tempat bernaung yang paling aman bagi anak-anak kita. Khususnya bagi perempuan atau ibu, al ummumadrasatulula, ibu adalah sekolah (guru) pertama bagi anak—anaknya. Olehnya itu, dibutuhkan tindakan nyata dalam usaha mencegah kekerasan pada anak di lingkungan keluarga melalui program “Perempuanta’,” jelas  ketua panitia pelaksana, Aqidah Irman yang juga merupakan Ibu Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama kabupaten Sidrap.

Program ‘Perempuanta’ akan menjadi wadah bagi orangtua khususnya yang ada di kecamatan Maritengngae untuk berbagi bersama terkait pengetahuan pengasuhan anak yang mengedepankan pendisiplinan secara positif.

Program Perempuanta’ yang juga diinisiasi oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), tentu meneguhkan posisi perguruan tinggi bukan hanya sebagai sumber pengetahuan akan tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan tersebut di tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat.

Program pengabdian kepada masyarakat ini secara resmi dilaunching oleh Rektor IAIN Parepare sekaligus menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara IAIN Parepare dengan Kementerian Agama kabupaten Sidrap yang disaksikan oleh Wakil Rektor III IAIN Parepare Dr. Muhammad Saleh, M. Ag, Kepala LP2M IAIN Parepare Drs. Muhammad Djunaidi, M. Ag, Sekretaris Kecamatan Maritenggae, dan KUA, Selasa (05/03).



“Kegiatan ini tentu akan memberi manfaat buat orangtua agar mendidik anak tidak menggunakan kekerasan, pola-pola pengasuhan lama yang tidak lagi cocok dengan era milenial,” ucap Rektor IAIN Parepare,  Dr. Ahmad Sultra Rustan, M. Si.





Sementara Kepala Kementerian Agama (Kemenag) kabupaten Sidrap merespon baik atas kerjasama ini.

“Selain program pengabdian masyarakat, kabupaten Sidrap membutuhkan program pendidikan khususnya peningkatan keterampilan mengajar guru di madrasah. Semoga ke depan kita bisa memperkuat kerjasama ini di beberapa bentuk kegiatan” harap Kepala Kementerian Agama kabupaten Sidrap, H. Irman Baharuddin, S. Ag., M. Si.



Selain Launching Program Perempuanta’, juga dilaksanakan seminar Solusi Mendidik Anak Tanpa Kekerasan Di Era Milenial. Seminar ini merupakan awal dari pendampingan yang akan dilaksanakan di desa/kelurahan. Hadir narasumber dari tim Yayasan Taman Semesta yang berkompoten dalam bidang psikologi keluarga dengan menggunakan modul yang telah diterbitkan sendiri.

Kegiatan berlangsung di Aula kantor Kemenag kabupaten Sidrap, hadir sebanyak 50 perserta terdiri dari perwakilan dari desa/kelurahan se-kecamatanMaritengngae, Dharma Wanita Kemenag Sidrap, Perwakilan BKPRMI, dan TK Terpada yang ada di KecamatanMaritengngae.

Marwah salah satu peserta mengaku bersyukur dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

“Ternyata selama ini cara saya mendidik berbau kekerasan karena biar berkata ‘jangan’. Pertemuan ini sangat baik bagi kami,” ucap Marwah usai seminar.

Selain di Kecamatan Maritengngae, ke depan program ini akan didorong terlaksana di semua kecamatan se-kabupaten Sidrap melalui koordinasi di tingkat Kecamatan dan Kantor Urusan Agama se kabupaten Sidrap.



 
0

Dekan FUAD Memberikan Piagam Penghargaan Kepada Mahasiswa Berprestasi

Posted in
Humas IAIN Parepare-- Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) melakukan terobosan baru. Memasuki semester genap, Dekan Fakultas FUAD, Abdul Halim K memberikan Piagam Penghargaan kepada sejumlah mahasiswa yang dinilai berprestasi dalam proses belajar mengajar semester ganjil tahun akdemik 2018/2019 yang berlangsung, Selasa, 5/3/2019 di Ruang Seminar Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah.



Pemberian penghargaan tersebut, dihadiri dan disaksikan segenap pimpinan Fakultas FUAD, yaitu Wakil Dekan Bidang AKKK, Iskandar, Wakil Dekan Bidang AUPK, Musyarif, Kaprodi KPI, Nurhakki, Kaprodi BKI, Muh. Haramain, Kaprodi MD, Nurhikmah, Kaprodi PMi, Hj. St. Aminah, Kaprodi JI, Qadaruddin, Kaprodi SKI, Nurkidam, Kaprodi BSA, Abd. Rahman dan Kaprodi SA, Muhiddin dan pejabat struktural, yaitu Kasubag AUK, Junaini dan Kasubag AKA, Rachmat.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Abd. Halim K menyampaikan motivasi dan tujuan pemberian penghargaan tersebut. "Program ini dilakukan agar mahasiswa berprestasi selalu terpacu meningkatkan dan mempertahankan prestasi akademiknya. Serta mahasiswa lain mampu menjadikan mereka contoh yang baik dalam proses belajar di Kampus" papar Dekan, yang juga menjabat Ketua MUI Kota Parepare.

"Kami memberikan penghargaan ini kepada anak-anakku mahasiswa agar kalian berprestasi, terutama dalam peningkatan akhlak. Dalami ilmu sesuai disiplin ilmunya masing-masing. Kuasai bahasa Arab sebagain kunci atau alat menguasai ilmu agama. Bersyukurlah anda terpilih sebagai mahasiswa berprestasi, pertahankan prestasinya, terutama akhlak kalian. Semua dosen ingin mahasiswanya lebih pintar dari dosennya sendiri" papar Dekan FUAD Abd. Halim K memberikan nasehatnya kepada mahasiswa.

Ada pun nama-nama mahasiswa yang memperoleh Piagam Penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Semester Ganjil Tahun akademik 2018/2019, sebagai berikut :

1. Imam Kurniawan Samad (Prodi Komunikasi Penyiaran Islam)
2. Malik Fajar (Prodi Bimbingan Konseling Islam)
3. Mardian Saputra (Prodi Manajemen Dakwah)
4. Hernisa Rianas (Prodi Sejarah Peradaban Islam)
5. Sunarti (Prodi Jurnalistik Islam)
6. Sulfi (Prodi Pengembangan Masyarakat Islam)
7. Sri Yuliana (Prodi Bahasa dan Sastra Arab)
8. Wahyuni (Prodi Sosiologi Agama)

Sumber : Fakultas FUAD
Penulis : Nurul
Editor : Suherman Syach
0

Pengarahan Rektor Kepada CPNS Baru; IAIN Parepare Berbasis Kinerja

Posted in
 



Humas IAIN Parepare--- Usai membuka secara resmi Pembukaan Kuliah Semester genap tahun akademik 2018/2019, Rektor IAIN Parepare langsung menerima CPNS Baru di Lantai 5 Gedung Perpustakaan IAIN Parepare, 4/3/2019. Turut hadir dalam pertemuan itu, Wakil Rektor Bidang APK, Sitti Jamilah Amin, Wakil Rektor Bidang AUPK, Sudirman L, Dekan Fakultas Tarbiyah, Saefudin, Dekan FEBI, Kamal Zubaer, Dekan Syariah dan Ilmu Hukum Islam, Muliaty, Dekan FUAD, Halim K, Kabag AUK, Jafar, Kasubag Umum dan Kepegawaian, Misbahuddin dan sejumlah pejabat lainnya.

Pertemuan ini di hadiri 33 orang CPNS yang telah diumumkan kelulusannya secara serentak oleh kemenag RI beberapa bulan lalu. Seperti informasi sebelumnya, kuota CPNS yang diterima IAIN Parepare tahun 2018 berjumlah 48 orang, tetapi hasil seleksinya hanya 33 orang yang dinyatakan lulus. CPNS ini terdiri dari 29 CPNS sebagai dosen dan 4 orang sebagai tenaga kepegawaian.



"Sebenarnya, SK CPNS mereka itu belum keluar, tetapi sudah diusulkan ke Badan Kepegawaian Nasional dan sementara dalam proses penyelesaian' kata Wakil Rektor, Sudirman L ketika menyampaikan kata pengantar dalam pertemuan tersebut. "Semoga, bulan Maret ini SK itu sudah selesai. CPNS ini dipanggil untuk mengikuti pembukaan kuliah karena mereka sudah dibutuhkan. Jadi CPNS ini masih berstatus dosen luar biasa dan tenaga honorer sampai SK terbit" ujarnya.

Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan saat memberikan pengarahan CPNS mengatakan senang dengan bergabungnya CPNS baru ini. "Kami bergembira saudara-saudari bisa bergabung dan menjadi bagian keluarga besar IAIN Parepare" ujar Rektor.

Sebelum melanjutkan arahannya, Rektor memperkenalkan seluruh pimpinan yang hadir serta mengabsensi CPNS dan meminta mereka memperkenalkan diri satu persatu. Rupanya, CPNS yang lulus bukan saja berasal dari Sulawesi Selatan, tapi juga datang dari Surabaya, Maluku dan Nusa Tenggara.

Penerimaan CPNS di IAIN Parepare, lanjut Rektor, berlangsung transparan dan tidak mengenal suap menyuap atau pun nepotisme. "Kalau ada yang minta uang, silahkan lapor karena kita tidak mengenal seperti itu" tegas Rektor.

Dalam pelaksanaan tugas, IAIN Parepare lebih mengedepankan kinerja. Tidak ada perbedaan dan perlakuan istimewa kepada personal, kelompok, atau pun latar belakang organisasi. Semua pegawai dan dosen sama. Kita tidak kenal senior-yunior, tua-muda, lama-baru atau dari organisasi mana. Semuanya diberikan kesempatan dan peran untuk bekerja sesuai dengan tugas mereka masing-masing. "Kita di sini (IAIN Parepare) berbasis kinerja, siapapun dari kita yang berkinerja baik, maka akan diapresiasi. Saudara yang baru masuk, memiliki hak yang sama dengan yang lain secara proporsional. Jika berkinerja baik, kita perhatikan" kata Rektor serius.

Sementara itu, Syafaat Anugrah, salah seorang CPNS yang dikonfirmasi menyatakan legah dan puas mendengar arahan Rektor. "Kami baru, tetapi terasa nyaman dan bahagia dengan penerimaan Rektor yang sangat welcome" kata calon Doktor Hukum Unhas ini. (s.s).
0

KPU Parepare Goes to Campus, Ajak Mahasiswa Jadi Pemilih Cerdas

Posted in
IAIN Parepare--- Komisi Pemilihan Umum (KPU) kota Parepare menggelar sosialisasi pemilu 2019 di Auditorium baru IAIN Parepare, Senin (04/03). Sosialisasi tersebut dilakukan usai pelaksanaan pembukaan kuliah semester genap tahun 2018/2019.

KPU Parepare memilih masuk ke kampus dengan target sasaran pemilih pemula. Hal ini berdasarkan UU no 7 tahun 2017 tentang memberikan jaminan bagi pemilih pemula yang telah genap berusia 17 tahun untuk menyalurkan hak pilihnya di pemilu 2019.

[caption id="attachment_9825" align="alignnone" width="300"] Foto sisi kanan, DR Muhammad Saleh, M. Ag (Wakil Rektor III IAIN Parepare)[/caption]

Wakil Rektor III, DR Muhammad Saleh menyambut baik sosialisasi tersebut terlebih banyaknya mahasiswa IAIN Parepare yang juga berasal dari berbagai daerah di luar kota Parepare.



Hamzah, Komisioner KPU dalam sosialisasinya mengajak mahasiswa agar menjadi  millennial yang cerdas memilih. Hal ini dikarenakan rawannya generasi millenial khususnya pemilih pemula dipengaruhi, didekati dan dimobilisasi.

"Jadilah pemilih cerdas dengan mengetahui visi, misi dan program calon, bukan karena yang lain", ajaknya saat menyampaikan materi.

Pemilu menjadi sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di mana rakyat dapat memilih pemimpin politik secara langsung.

"Pemimpin-pemimpin politik adalah wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen) baik ditingkat pusat maupun daerah," jelas Hamzah.

 

 

 

Senin, 04 Maret 2019

0

Orasi Ilmiah, Pembukaan Kuliah Semester Genap Tahun 2018/2019 IAIN Parepare

Posted in

Judul : Konstruksi Idiologi Wacana Jaringan Islam Liberal (JIL): Critical Discourse Analysis


Oleh; Dr. FIRMAN, M. Pd




[caption id="attachment_9820" align="alignnone" width="300"] Dr. Firman, M. Pd[/caption]

Dalam perkembangan kajian bahasa muncul istilah Analsisis Wacana Kritis (Critical Discorse Analysis). Wacana tidak lagi dilihat hanya sebagai suatu proses komunikasi biasa secara lisan maupun tulis, tetapi wacana dilihat sebagai praktik sosial. Bahasa dari sudut wacana dipandang sebagai praktik sosial. Bahasa dan masayarakat memiliki hubungan internal dan dialektikal. Menurut Fairclough (1989:23) bahasa adalah bagian dari masyarakat, fenomena linguistik adalah fenomena sosial yang khusus, dan fenomena sosial adalah (sebagian) fenomena linguistik (language is part of society, language phenomena are social phenomena of a special sort, and social phenomena are [in part] linguistic phenomena).

Wacana keagamaan menjadi alat untuk menyampaikan ideologi-ideologi tertentu untuk mempengaruhi dan menarik simpati pembacanya. Di kalangan umat Islam Indonesia, ada kelompok-kelompok (gerakan) yang berusaha menanamkan ideologi tertentu kepada masyarakat sebagai bentuk upaya memperoleh pengaruh dan pengakuan. Dalam upaya memperoleh pengaruh dan pengakuan tersebut, wacana dalam bentuk buletin atau artikel digunakan sebagai alat untuk menanamkan ideologi yang diyakini sesuai dengan keadaan dan kebutuhan manusia saat ini. Kelompok Islam liberalisme yang diberi nama Jaringan Islam Liberal (JIL). JIL menawarkan cara berpikir inklusif, pluralis, dan liberal yang mencoba menyajikan gagasan dan pemikirannya melalui paham pluralisme agama. JIL berupaya merekonstruksi ideologi yang selama ini diyakini oleh umat Islam. JIL berupaya membentuk pemahaman keagamaan yang dianggap baru dalam Islam, khususnya umat Islam di Indonesia. Dalam upaya mempengaruhi pembaca dengan ideologi baru tersebut, kelompok JIL menggunakan bahasa sebagai medium sehingga wacana dijadikan sebagai wujud praktik sosial (Fairclough, 1989, Bourdieu 1991).

Salah satu perjuangan JIL adalah pemihakan kepada yang minoritas dan tertindas. Islam liberal berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Menurut JIL, setiap struktur sosial politik yang mengawetkan praktik ketidakadilan atas minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas di sini dipahami dalam maknanya yang luas yang mencakup minoritas agama, etnik, ras, jender, budaya, politik, dan ekonomi. Pemikiran JIL muncul sebagai respons terhadap kekhawatiran akan adanya dominasi pemikiran radikalisme Islam yang akan merusak ekologi hubungan antarumat beragama di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari sikap dan paradigma berpikir JIL yang bebas mendekonstruksi wilayah-wilayah doktrinal agama yang dahulu dianggap tabu dan sakral

1. Konstruksi Ideologi JIL melalui Kosakata

Dalam konstruksu ideologi JIL temukan adanya nilai-nilai eksperensial yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan dalam wacana JIL sebagaimana yang dikemukan oleh Fairclough (1998:110 – 111), yaitu; Pertama, Nilai-nilai eksperensial ditunjukkan melalui skema (klasifikasi) kata, kata-kata ideologi yang diperjuangkan, penyusunan kata kembali (rewording) atau kelebihan kata (overwording), dan hubungan kata yang bermakna secara ideologis berupa sinonim, antonim , dan hiponimi. Kedua, kosakata yang diklasifikan  dalam wacana JIL kosakata yang menunujukkan kebenaran bukan hanya Islam dengan menggunakan kata ‘tidak monolitik tunggal’,  keberagaman adalah kehendak Tuhan dengan menggunakan klausa ‘keseragaman tidak dikehendaki oleh Tuhan’, keyakinan beragama sebagai ‘hak pribadi’ (privasi), kebebasan tanpa paksaan, dan tidak ada agama dengan paksaan. Kata-kata ideologis yang diperjuangkan, yakni keadilan, kebebasan, keberagaman, hak pribadi, dan tanpa paksaan. Ketiga, kosakata yang digunakan dalam wacana JIL menunjukkan adanya hubungan makna yang signifikan secara ideologis, yakni antonimi dengan menggunakan kata berantonim, yaitu beragama >< sekuler, teks suci >< konstitusi, kebebasan >< ketaatan, mayoritas >< minoritas, dan kuat >< lemah. Sinomin ditunjukkan dengan penggunaan kosa kata perbedaan = pemajemukan, beragam = kelompok berbeda. Hiponimi dapat dilihat pada penggunaan kata subordinat dengan kata kepercayaan, keyakinan, dan iman, dari superordinat kata ‘beragama’.
Keempat, metafora yang digunakan penulis teks wacana JIL untuk mengonstruksi ideologi, yaitu penggunaan kata ‘baju’, ‘raja’, tumbuh subur’, ‘campur tangan’, ‘turun tangan’, ‘menindas’, ‘dirampas’, ‘berkarat’, ‘syahwat’, ‘menundukkan’, ‘impor’, dan ‘perkawinan silang’.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ideologi pluralisme, liberalisme, pembelaan hak privasi dan minoritas dikonstruksi oleh penulis teks wacana JIL melalui proses klasifikasi, leksikalisasi, relasi makna (antonimi, sinonimi, daan hiponimi), dan metafora. Kata-kata yang dipilih tersebut merupakan kolokasi sebagai bentuk konstruksi ideologi JIL. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kata-kata lain yang digunakan oleh kelompok tertentu mengacu pada ideologi yang berbeda dengan JIL, dan sekaligus merupakan kolokasi yang berbeda pula. Kata-kata yang dipilih tersebut merupakan piranti untuk menandai JIL dalam melakukan pengelompokan (Fairclough, 1989:116).

2. Konstruksi Ideologi JIL melalui Gramatika

Ideologi pluralisme, liberalisme, hak privasi dan kesetaraan dikonstruski oleh penulis teks JIL melalui (1) modus kalimat, (2) modalitas kalimat, (3) pronomina persona kehadiran diri, dan (4) bentuk pasif, dipaparkan sebagai berikut; Pertama, modus deklaratif dan imperatif digunakan oleh penulis teks JIL untuk menunjukkan suatu kebenaran yang mereka yakini.Modus imperatif dan interogatif dengan pola negasi dan retoris digunakan untuk mempertegas suatu kebenaran yang diyakini. Modus obligatif digunakan penulis untuk menunjukkan keharusan dan kemutlakan. Kedua, modalitas relasional dan ekspresif digunakan untuk menunjukkan konstruksi ideologi pluralime dan liberallisme JIL melalui otoritas terhadap partisipan. Otoritas tersebut ditunjukkan dengan mengemukakan gagasan dengan menggunakan otoritas Tuhan dan kewajiban yang harus dilakukan dalam memperjuangkan keberagaman dan kesetaraan.Otoritas yang dibangun melalui modalitas ekspresif ditunjukkan dengan kenyataan yang menghendaki perubahan karena perkembangan dan penggunaan akal yang bisa memenuhi kebutuhan manusia. Ketiga, pronomina persona ‘saya’ digunakan jika penulis teks JIL berada pada posisi yang mempertahankan ideology. Pronomina persona ‘kita’ digunakan oleh penulis teks JIL jika ideologi yang dikontruksi berupa penawaran yang dapat dipikirkan bersama antarpartisipan. Keempat, bentuk pasif dipilih oleh penulis teks JIL sebagai upaya mengkonstruksi ideologi pluralisme dan liberalisme dengan menyebut pihak lain yang bertentangan dengan ideologi yang diperjuangkan.

3. Konstruksi Ideologi JIL melalui Struktur Teks

Kajian struktur teks dalam wacana berisi rincian tentang (1) konvensi interaksional yang digunakan dan pengurutan serta penyusunan teks. Kajian tentang konvensi interaksional yang digunakan akan memerikan tentang  pengontrolan partisipan, yaitu (a) penegasan (b) pengarahan topik, dan (c) formulasi. Kajian tentang pengurutan dan penyusunan teks akan memerikan tentang penyusunan teks wacana ideologis secara berurutan dari awal sampai akhir (Santoso, 2003:214).Jaringan Islam Liberalisme (JIL) mengonstruksi ideologi melalui struktur dan penataan teks, yaitu (1) konvensi interaksional dan (2) penataan dan pengurutan teks. Penulis teks wacana JIL mengkonstruksi ideologi pluralisme dan liberalisme dan kesetaraan dengan memanfaatkan struktur teks berupa pengontrolan partisipan dan penataan teks. Pengontrolan partisipan dan penataan teks digunakan untuk mempengaruhi pikiran pembaca dengan ideologi yang diperjuangkan. Pengontrolan partisipan digunakan dalam teks berupa wawancara, sedangkan penataan teks digunakan dalam teks yang berupa pengembangan paragraf.

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama                                : Dr. Firman, M.Pd

Tempat/Tgl Lahir        : Soppeng, 20 Februari 1965

Nama Istri                      : Wahidah, S.Ag.

Nama anak                    : Wafiah Sidqiyah (almarhumah), Ahmad Abu Rizki, Ahmad Adli Nawwar, Mutiah Khaeriyah, dan Mutmainnah Firman.

Pendidikan :

1. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Perguruan Islam Ganra, 1977

2. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Perguruan Islam Ganra, 1981.

3. SMA Muhammadiyah Watangsoppeng pada, 1984.

4. Fakultas Sastra, jurusan Sastra Indonesia UNHAS, 1991.

5. Program Pascasarjana (S2) di IKIP Makassar, 2002

6. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 2009.

7. Program Pascasarjana (S3) Universitas Negeri Malang, 2015